Kilion and His Bright Amdui Village
Killion dan Desa Amdui yang Terang
Suatu hari, di sebuah desa terpencil dan gelap di Indonesia Timur bernama Amdui, seorang pria tua bernama Killion Manggara tinggal di rumahnya yang remang-remang. Ia merenungkan desanya yang telah gelap selama bertahun-tahun. Desa Amdui selalu bergantung pada generator dan lampu minyak untuk penerangan di malam hari.
Ketika ia masih muda dan bekerja sebagai guru sekolah dasar, cahaya redup itu membantunya mengerjakan tugas-tugas guru di rumah. Waktu berlalu, tetapi tidak ada yang berubah sejak saat itu. Ketika Killion semakin tua, cahaya yang redup itu tidak lagi cukup untuk membantunya membaca semua buku favoritnya di malam hari. Namun, ia tetap bersemangat dan gigih untuk terus maju.
Meskipun ia adalah seorang guru sekolah dasar yang sudah pensiun, ia merasa memiliki tanggung jawab untuk membuat desanya terang dengan listrik—seperti halnya orang-orang di kota. Tidak mengherankan jika desanya belum memiliki listrik, padahal wilayah itu memiliki sumber daya energi surya yang melimpah. Hal ini karena kebutuhan masyarakat masih minim; sebagian besar penduduk adalah nelayan dan petani. Hari pun berubah menjadi malam ketika Killion tertidur di kursi goyangnya.
Keesokan harinya, Killion mengunjungi kerabatnya di desa tetangga bernama Arefu. Saat tiba di desa Arefu, ia heran melihat desa itu lebih terang daripada desanya. Rasa ingin tahu Killion semakin besar ketika ia menyadari bahwa desa Arefu memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sementara desanya masih sangat bergantung pada generator dan lampu minyak.
Setelah tiba di rumah kerabatnya, ia menyampaikan kekagumannya.
“Desamu sudah punya listrik sekarang, aku melihat lampu-lampu menerangi jalan menuju rumahmu,” kata Killion.
“Ya, kami sangat lega. Akhirnya, kami bisa bekerja di malam hari dan melakukan banyak hal tanpa khawatir akan kegelapan,” jawab Arfail sambil tersenyum.
“Bagaimana caranya agar desaku juga bisa punya listrik seperti desamu?” tanya Killion.
“Kami mengusulkan pembangunan listrik kepada pemerintah. Mungkin kamu juga perlu menghubungi staf kantor PLTS,” jawab Arfail.
Setelah memikirkan saran Arfail, Killion berencana menghubungi staf kantor PLTS keesokan harinya. Ia bertanya-tanya mengapa sebelumnya ia tidak terpikir untuk melakukannya.
Keesokan paginya, Killion berjalan di pantai sambil mendengarkan deburan ombak saat matahari bersinar cerah. Desa Arefu, yang terletak di Kepulauan Raja Ampat, memiliki sumber energi surya yang melimpah. Killion yakin bahwa PLTS juga harus dibangun di desa Amdui. Saat ia sedang berpikir cara menemui staf PLTS, ia melihat salah satu dari mereka sedang memeriksa panel surya untuk memastikan kinerjanya tetap optimal.
Killion mengenal orang itu; dia adalah penduduk desa Arefu bernama Almas. Killion menghampirinya walau agak canggung karena banyak penduduk melihatnya seolah ia seorang artis yang datang ke konser.
“Mengapa desa ini memiliki listrik sementara desa tetangga tidak?” tanya Killion kepada Almas di depan warga.
Almas menjelaskan bahwa Killion harus menulis proposal kepada Dinas Energi Kabupaten Raja Ampat untuk membangun PLTS di desa Amdui. Almas juga menawarkan bantuan untuk membuat proposal jika Killion ingin.
Tak lama kemudian, proposal itu pun disusun, termasuk permintaan pendapat dari kepala desa. Pada hari yang sama, Killion menemui kepala desa dan menyerahkan proposalnya. Ia menandatangani surat itu sendiri, menyatakan keprihatinannya karena desanya masih gelap.
Killion menulis lima proposal, yaitu untuk kepala desa, Dinas Energi Kabupaten, Dinas Energi Provinsi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, dan satu untuk kerabatnya Arfail di desa Arefu. Tidak ada kabar dalam waktu lama, tetapi Killion tetap berharap proposalnya akan mendapat jawaban.
Tiga tahun kemudian, beberapa orang datang ke desanya. Mereka tampak seperti orang dari kota.
“Halo! Saya Suparno, perwakilan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Proposal Anda untuk membangun PLTS di sini telah disetujui. Selamat!” kata salah satu dari mereka dengan senyum paling cerah hari itu.
Impian Killion mungkin tidak akan terwujud jika ia tidak rela menyerahkan tanahnya yang ditanami sagu dan kelapa untuk dijadikan lokasi pembangunan PLTS.
Pembangunan infrastruktur PLTS pun dimulai, dan tanah Killion menjadi lokasi proyeknya. Kini, Killion dan warga desa Amdui akhirnya dapat menikmati manfaat listrik setelah bertahun-tahun hidup dalam kegelapan.
Peran Killion Manggara telah membuat desanya menjadi terang. Ia berharap anak-anak di desa Amdui dapat belajar di malam hari dan mengerjakan tugas sekolah tanpa harus menggunakan generator atau lampu minyak.
Bagi warga desa Amdui, Killion adalah cahaya sejati mereka.




Komentar
Posting Komentar